Monday, February 28, 2011

be-o-es-a-en


Salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi di Dili adalah mengatasi rasa bosan.

Profesi sebagai ibu rumah tangga adalah hal baru yang menyenangkan. Menyiapkan makanan dan merancang menu, merapikan rumah, dan semua itu dilakukan dalam semua waktu saya hehe…Tapi ada  kala saat rasa bosan itu datang, karena di sini saya benar-benar hanya di rumah saja, tidak ada teman dunia nyata (kalau dunia maya tinggal nyalakan internet), dan hanya pergi jika suami ada di rumah. Jika rasa bosan itu mulai datang saya pun tidak tahu harus berbuat apa  hehe… Internet tidak mempan, tv kabel kurang menggoda, tidur tidak ngantuk, hmmmm…yang ada di pikiran saya adalah…bergeraklah! Lakukan sesuatu! Apapun itu! Dan seringkali tips itu cukup berhasil untuk membunuh kebosanan yang kadang-kadang hinggap.  Lha, lantas apa yang dilakukan? Apapun itu…mencuci, menyetrika pakaian, mengepel, senam hamil, membaca hahahhaa sungguh pekerjaan emak-emak ya?  Dan biasanya obat yang paling ampuh adalah mendengarkan lagu-lagu dari winamp saya sambil bernyanyi (terima kasih pada teknologi minlyrics yang membuat pencarian teks lagu menjadi begitu mudah :P).

Pernah saat hari keempat saya berada di sini, entah kenapa saya merasa bosan yang sangat hingga sampai ubun-ubun. Ditambah lagi hormon ibu hamil yang membuat semuanya menjadi tampak sungguh sentimentil. Saya sampai menangis karena merasa tidak mampu lagi mengatasi rasa bosan ini..padahal saya tahu bahwa keadaan apapun saya pasti bisa melewatinya hehehe…dasar ibu hamil :P  Suami saya pun sampai kasihan melihat saya dan menyuruh saya pulang lebih cepat dari jadwal yang sudah kami tetapkan bersama. Tapi menurut saya, itu hanya sebagian tantangan saja yang harus saya hadapi. Dan tentu saja, sambil menangis juga, saya bilang bahwa saya akan tetap di Dili sampai jadwal pulang yang kami rencakanan bersama hehehe…

Putusan saya untuk ikut bersama suami saya ini memang sudah kami rundingan bersama baik buruknya.  Saya sadar juga bahwa semua putusan pasti ada konsekuensinya. Dan ini adalah salah satu cara kami menjalankan pernikahan ini (ehm…) Yah, susah senang lebih enak dijalani bersama bukan? In good time and bad time, in sickness and health we will through this together, right? :)

Eh...mati lampu!


Penyakit mati lampu adalah hal yang biasa terjadi di Dili (sampai sekarang saya tidak mengerti mengapa disebut mati lampu, bukan hanya lampu saja yang mati bukan? :P). Sekitar seminggu lebih saya tinggal di Dili, sudah beberapa kali mengalami kasus mati lampu ini. Yah memang selama ini pengalaman tidak pernah lama, paling lama yang pernah saya alami sekitar 15 menit. Cuma sempat dag dig dug juga, bakalan lama atau tidak…karena biasanya begitu mati lampu saya langsung mati angin tidak ada yang bisa dilakukan. Mau nonton tv, tidak bisa. Mau masak, tidak bisa (soalnya di tempat saya kompor yang digunakan adalah kompor listrik). Takut sakit perut, karena saya tidak punya stok air di kamar mandi (listrik mati, airpun mati hehe). Hanya bisa berdoa semoga semalam saya tidak lupa mengisi baterei laptop sehingga minimal saya bisa dengarkan lagu-lagu dari winamp atau main solitaire hehe..

Tapi ini belum seberapa. Saya sempat tinggal sekitar satu minggu di distrik Timor Leste yang namanya Manatuto saat saya pertama kali kemari, di sana listrik hanya ada dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. Yah untungnya saat pagi dan siang, saya ikut suami saya ke lapangan jadinya minimal saya tidak perlu mati angin di rumah yang tidak berlistrik hehe… Ada satu tempat yagn listriknya menyala sepanjang hari. Tempat itu adalah media centre Timor Telecom. Satu-satunya tempat yang dingin ber-ac dan dimana saya bisa mengakses internet. Dengan biaya satu dolar perjam, lumayan lah untuk melihat perkembangan di luar sana.
Kembali lagi soal kelistrikan di Dili, sistem pembayaran listrik di Dili cukup unik. Cara kita membayar listrik seperti kita mengisi pulsa pada telepon selular (saat ini di Indonesia baru-baru saja diberlakukan juga). Cukup kita beli pulsa di kantor PLN Dili dengan menyebutkan nomor pelanggan, lalu masukkan nomor pulsanya pada meteran yang terdapat pada depan rumah, dan whoalaaaa…anda bisa menggunakan listrik. Kantor PLN-nya pun buka 24 jam. jadi seandainya tengah malam kehabisan pulsa listrik tidak perlu khawatir. 

Loket tempat pembelian pulsa listrik...buka 24 jam


Dengan sistem seperti ini sebenarnya ada bagusnya. Kita jadi mengerti bahwa listrik benar-benar harus dihemat. Karena bisa saja sedang enak-enaknya kita menonton televisi atau memasak, tiba-tiba listrik mati karena pulsa habis hahahaa…dan itu memang sempat terjadi pada saya. Tiba-tiba suatu pagi listrik mati. Setelah cek ke tetangga ternyata dia baik-baik saja, dan ternyata setelah cek ke meteran…yaaaaaa…memang saatnya untuk diisi..

Meteran listrik, ada tombolnya untuk memasukkan nomor pulsa

Jadi saya di sini benar-benar sangat bijak dalam menggunakan listrik. Matikan dispenser saat tidak digunakan, televisi jika tidak ditonton lebih baik dalam keadaan mati, gunakan lampu seperlunya saja. Dan dengan demikian, akan banyak rupiah…eh dollar yang bisa dihemat :P

Nikmati, jangan pikirkan harganya :P

Mari kita bercerita-cerita tentang Dili :) 

 Dili adalah ibukota dari Negara Timor Leste (wow saya ada di luar negri!), tapi tunggu dulu… jangan membayangkan keadaan seperti di Eropa ya hahaha…Ini adalah kedatangan saya yang ketiga kalinya (atau keempat ya? ), tapi kali ini adalah yang terlama karena saya akan tinggal di sini kurang lebih selama tiga bulan.
Dalam pandangan saya, Dili tampak seperti kota-kota besar yang berada di luar Pulau Jawa. Kendaraan ramai lancar (tidak seperti Bandung, ramai dan tidak lancar; atau Jakarta, ramai, tidak lancar, padat merayap tanpa harapan), terdapat banyak toko-toko dan restoran atau rumah makan, orang-orang  lalu lalang melakukan kegiatan masing-masing. Yang menarik perhatian saya saat pertama kali kemari, ternyata banyak sekali orang asing alias bule yang tinggal di Dili. Jika ditelusur pun, bule-bule itu tidak hanya berasal dari satu negara saja tapi berbagai negara. Dan dari bule-bule itu juga ada yang bertampang pas-pasan bahkan ganteng seperti Justin Timberlake hehehe…Selain bule-bule itu banyak juga orang2 berkulit hitam sempurna yang berasal dari afrika atau kuba (melihat mereka saya sungguh mensyukuri warna kulit saya yang berwarna sawo matang ini). Atau juga orang-orang yang serupa sekali dengan orang Indonesia tapi setelah diajak ngobrol ternyata mereka berasal dari Filipina atau Malaysia. Atau ada juga yang saya kira dari Jepang atau Korea, setelah mendengar mereka berbicara ternyata menggunakan bahasa Jawa yang medok hehee…ternyata asli cina Surabaya..Dapat dikatakan, Timor Leste adalah Negara multi etnis dan ras. Hampir semua jenis orang bisa dijumpai disini (saya jadi teringat lagu “Toko Sagala Aya” yang dipopulerkan oleh Project Pop). Dan tentu saja tetap didominasi oleh penduduk asli daerah sini. 

Hal itu dikarenakan setelah Timor Leste memperoleh kemerdekaannya melalui referendum, negara ini masih sangat bergantung pada UN  atau PBB untuk menata kembali kehidupan negaranya. Nah orang-orang UN kan banyak orang bule, dan orang-orang bule itupun dikerahkannya nyal untuk bekerja di Timor Leste (pemikiran yang sangat mudah hehehe). Selain itu, Negara jajahan portugis ini sebenarnya bisa dikategorikan Negara yang miskin, sehingga positifnya membuka kesempatan bagi NGO atau LSM asing mengajukan proposal untuk pengembangan daerah-daerah yang masih sangat tertinggal dan akhirnya masuklah mereka kemari. Nah dari situ berdatanganlah para bule itu kemari untuk bekerja. 

Karena banyaknya orang asing di sini, tentu saja berpengaruh pada rumah makan atau restoran-restoran yang ada di sini. Mudah sekali menemukan rumah makan India, Bangladesh, Philipina, Mexico, dan bahkan rumah makan Jawa Timur hehhe… Tinggal sesuaikan selera dan dompet saja. Oya saya lupa, orang Dili memiliki panggilan khusus untuk orang asing, mereka menyebutnya malay. Salah satu tempat favorit para malay ini yang saya tahu adalah sebuah bar di pinggir pantai yang bernama Castaway. Yah, seperti film-film barat, biasanya selepas bekerja mereka datang kemari untuk sekedar minum dan bersosialisasi. Apalagi biasanya mereka memang tidak ada teman ataupun saudara di Negara ini. Justru biasanya jejaring mereka bertambah saat nge-bar ini, entah jejaring pekerjaan atau juga jejaring percintaan hehehe… Tapi untuk orang-orang asia sendiri yang bekerja di sini, saya sih jarang melihat mereka nongkrong di bar, kecuali teman-temannya keabnyakan orang bule hehe…
Saigon Vietnamses Restaurant -Dili

 Gion Japanese Restaurant - Dili


Little Pattaya Restaurant (Thai Food and Lebanon Food)-Dili

Kalau soal harga makanannya, hmmm..menurut saya jika memang kita berniat makan, segeralah pesan dan bayar… Karena jika kita membandingkan dengan dengan harga yang ada di Indonesia, bisa-bisa yang ada tidak jadi menikmati makanan tapi malah sakit hati hehe. Sebagai contoh, jika kita beli ayam penyet lengkap dengan the botol seharga Rp 20000 di Indonesia, di Dili bisa dihargai 5 dollar alias 50 ribu hahahaa (oya mata uang yang dipakai di Timor Leste adalah US Dollar)… jadi tips saya, makan, nikmati, dan bayarlah…jangan pikirkan harganya :P

US$12 untuk semuanya :P bayar saja jangan pikir harga :D

Sunday, February 27, 2011

Hello Dili!


Hey..saya punya blog dan saya ada di Dili dan ini hari keempat saya :) Sebenarnya saya sudah berada di Dili sejak awal Februari, tapi karena kegaptekan akan blog baru sekarang bisa posting di blog :P

Hallo Dili!
Kegiatan sehari-hari berubah total ..kegiatan utama adalah belajar menjadi ibu rumah tangga yang baik dan benar hehe…selama ini saya hanya menjadi ibu rumah tangga jadi-jadian… Lho, kenapa jadi-jadian? Ya karena memang tidak ada tuntutan menjadi ibu rumah tangga yang sebenarnya… Memangnya seperti apa ibu rumah tangga yang sebenarnya? Nah itu dia, saya juga tidak tahu hehehe…tapi jika melihat stereotip yang dibentuk masyarakat, bahwa ibu rumah tangga adalah seorang  wanita yang mampu memasak, mengurus anak, mengurus suami, mengurus rumah (hmmm..terdengar sangat jaman dulu ya?) dan tentu saja untuk jaman sekarang adalah menjadi wanita karier juga..

Lho lantas memangnya apa saja yang saya lakukan selama ini pada saat tidak di Dili? Hmm…mari kilas balik ke belakang. Pagi hari, jika hendak sarapan tinggal panggil tukang bubur ayam langganan…yah, jika memang sedang niat, kadang-kadang  kami (maksudnya suami saya) membuat sandwich lengkap yang lezat dan lumayan mengenyangkan. Ok, sekarang makan siang, karena sedang tidak berada di rumah , pastinya jajan di luar dong..dan begitu banyak variasi makanan yang bisa dicoba sehingga terlupalah salah niatan kami di saaat membuat perencanaan keuangan : makan siang dibawa dari rumah (tentu saja pagi memasak terlebih dahulu)..yah yah yah, salahkan saja mengapa begitu banyak kemudahan mendapatkan makanan di luar sana hehe… Dan bagaimana dengan makan malam? Yah pilihan yang sama praktisnya, kami membeli di luar..dibungkus untuk dimakan di rumah atau dimakan disana. Menyenangkan bukan?  Tentunya menyenangkan karena begitu banyak jenis makanan dan harganyanya pun relative murah.

Nah itu baru dari segi makan saja..lalu bagaimana dari segi cuci mencuci pakaian? Bukankan setiap hari kita harus berpakaian? Yah inilah enaknya di dunia instan…untuk pakaian-pakaian saya, tinggal lempar saja ke dalam mesin cuci..pencet..pencet..pencet…beres deh..keluarkan sedikit tenaga untuk menjemur.  Lalu setrikanya? Yah, setrika saja pakaian yang hendak digunakan…sisanya simpan ke dalam kamar pakaian kering. Jika beruntung, ada bibik yang datang untuk menyetrika semua pakaian kami. Pernah suatu saat si bibik datang ke rumah dan menyetrika nonstop 4 jam! Dan itupun masih dilanjutkan keesokan harinya.  Lalu  baju misua bagaimana? Ini lebih menyenangkan lagi, tinggal mengunjungi mertua, dan taruh pakaian disana. Dan…whoalaaaa…keesokan harinya kering bersih dan sudah licin rapih tersetrika. Bukankan itu lebih menyenangkan? Hehehe…

Begitu sampai Dili, semua kemudahan itu harus disimpan rapat-rapat dahulu. Jika ingin makan, bisa saja memanfaatkan semua pedagang makanan yang ada seperti pada saat saya di Bandung. Jajan di sana, jajan di sini..tapi sayangnya jajanan di Dili kurang variatif. Selain itu  jika setiap makan harus jajan, bisa-bisa kantong cepat menipis..bagaimana tidak? Sekali makan bisa seharga tiga sampai empat kali lipat dibandingkan harga di bandung. Miris juga jika melihat isi dompet melayang begitu cepat. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Yah mau tidak mau, belanja dan masak sendiri..jajan sesekali saja..Sekarang permasalahannya, siapa yang masak..dan jawabannya karena memang tidak ada pilihan lain ya : saya hahaha… masak apa? Nah itu dia masalah kedua…masak saja yang ada di kulkas..campur semua bahan-bahannya..dan jangan lupa berdoa sebelum memasak, memohon berkat dan mujizat Tuhan agar masakan bisa terasa enak hahaha…lha bagaimana lagi? Selama ini saya jarang sekali memasak…paling pol masak nasi goring, tumis, sop, dan oseng. Tiga bulan makan nasi goring, tumis, dan oseng lumayan juga bisa bikin lidah baal hahaha… Mulailah saya rajin browsing (tepatnya baru kemarin) mencari-cari kira-kira resep apa yang mudah dan enak…dan semakin giat berdoa, semoga Tuhan memberikan wangsit pada saat sebelum memasak…
Dan bagaimana dengan kegiatan cuci mencuci?  Tetap harus berjalan juga bukan? Kembalilah seperti jaman saya masih jadi anak kos, rendam, kucek-kucek, bilas, jemur. Setelah itu langsung setrika. Pada saat saya sampai di Dili, cuaca sedang sering sekali hujan.  Dan kebetulan suami sudah tidak mencuci pakaian selama tiga minggu karena sibuk dengan pekerjaannya. Setelah semua pakaian saya cuci, timbul masalah, dimanakah saya menjemurnya? Jika jemur di luar harus siap satpam 24 jam, karena hujan bisa saja datang sewaktu-waktu. Akhirnya kami memasang tali jemuran di dalam rumah kami..dan luar biasanya sampai 3 hari pakain kami tidak kering-kering karena hujan terus! Hahaha…Bahkan sampai ada pakaian saya yang berjamur…jika memangn jamurnya enak untuk dimasak, pasti sudah saya pindahkan ke panci masakan saya hahahaaa….Tapi untung hari keempat ini matahari menaruh belas kasian pada pakaian-pakaian basah saya…cerah sepanjang hari (walaupun agak mendung sedkit)..lumayan lah pakaian-pakaian saya bisa bernafas sedkit lega walaupun sedkit apek-apek hehehhe….